Lompat ke konten

Ayam Kampung – Flash Fiction

“Bagaimana ayam bisa tahu di mana rumah mereka?” Tanyaku melihat ayam-ayam berkeliaran begitu saja di jalanan tanpa dikandangi. Mereka menertawakanku.

“Mereka tahu begitu saja.” Jawab Bu Ajeng. Mungkin pertanyaanku dikira lebih aneh daripada pertanyaan mengenai alien. Dipikir-pikir, ada benarnya juga kalau aku juga tahu yang mana rumahku. Namun, aku masih tidak habis pikir bagaimana ayam yang baru dibeli itu setelah dimasukkan kandang dan dilepas di siang hari lantas tahu ke mana dia akan pulang saat hari menjelang petang. Mungkin mereka membutuhkan tempat hangat untuk beristirahat tapi bagaimana mereka tahu untuk kembali ke rumah barunya? Apakah ada insting ayam yang memberi tahunya kalau dia pindah rumah? Oh iya, apakah ada ayam yang lari dari rumah karena tidak betah ya?

Entah pelupa, legowo atau insting, kurasa canggih juga ayam kampung. Mereka bisa menerima tempat tinggal yang barunya dalam waktu yang singkat dan menentukan tempat bertelur dengan mudahnya. Tidak seperti aku yang bersedih hingga sekarang karena rumahku disapu ombak beberapa tahun silam.

Apakah ayam juga bisa stres karena tempat tinggal ya? Ah, lebih baik tidak kutanyakan daripada ditertawakan lagi. Mereka sebenarnya tidak berniat untuk menghinaku namun tawa yang kudapat saat aku tidak bermaksud untuk melucu rasanya janggal. Menurut internet, ayam juga bisa stres namun aku tidak yakin aku pernah melihat ayam melakukan bunuh diri.

“Ayam itu dilepas setiap siang agar tidak stres.” Jelas Bu Ajeng ketika aku memandangi ayam dengan hening. “Ayam bisa bertelur lebih sedikit kalau tidak dibiarkan jalan-jalan.” Sambung Pak Joko. Ternyata pertanyaanku sudah dijawab tanpa perlu ditanyakan kali ini.

“Kamu mau bisnis ayam?” Tanya Pak Joko. “Ah engga pak, tiba-tiba terpikirkan saja.” Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Maklum pak, saya cuman tahu belajar dari buku tapi tidak pernah belajar dari kehidupan sehari-hari, sambungku dalam hati.

Photo by Kazi Faiz Ahmed Jeem on Unsplash