Lompat ke konten

Konsisten menipu diri sendiri

Aku tidak menyukai penipu. Kendati demikian, aku sering menipu diri sendiri. “Tulislah satu paragraf tentang apapun,” katanya. Setelah satu paragraf itu tertuang, aku meminta diriku untuk menulis satu paragraf lagi. Kuturuti untuk menambahkan satu paragraf lagi. “Idemu bagus, sayang kalau tidak diselesaikan. Sepertinya tinggal satu paragraf lagi dan tulisanmu memiliki makna yang dapat diserap oleh pembaca.” pikirku pada diri sendiri. Kertas yang semula kosong itu akhirnya terisi tiga paragraf. Tiga paragraf lebih baik daripada kertas kosong… aku boleh beristirahat sejenak. Aku sudah memenuhi targetku dengan baik.


“Mulai dari langkah kecil” merupakan salah satu petuah yang paling kusukai. Satu langkah tidak akan membuatku lelah dan satu langkah tidak membutuhkan motivasi yang kuat. Dengan target yang mudah dicapai, aktivitas terasa lebih mudah dan rutinitas akan lebih mudah terbentuk.

Terkadang aku menargetkan diriku untuk duduk setengah jam mengerjakan tugas atau menulis sebuah kalimat sebagai catatan dari makalah yang dibaca. Bentuknya bisa bervariasi tergantung apa yang sedang kuhadapi. Ketika aku malas membaca makalah karena merasa tidak ada waktu, aku menargetkan diriku untuk membaca abstraknya saja. Ketika tidak ada ide untuk tugas esai 2000 kata, targetku 1000 kata tanpa peduli kualitasnya bagaimana. Apabila bernasib baik, setengahnya bisa digunakan dan apabila aku sedang beruntung, aku harus menerka-nerka apa yang baru saja kutulis dan apa kaitannya dengan topik tugasnya.

Dengan menetapkan hal-hal sederhana itu, mengerjakan tugas dengan fokus dan tanpa membuka situs tidak terkait atau membalas pesan menjadi lebih mudah karena aku tahu kalau tiga puluh menit lagi aku boleh berhenti. Dari 1000 kata itu, aku melihat pertanyaan-pertanyaan yang butuh kujawab sebelum kutulis kembali dalam kalimatku. Lari maraton tidak akan bisa dilakukan tanpa langkah pertama.

Hal berikut ini menurutku adalah hal yang paling penting dalam penipuan diri sendiri. Ketika aku benar-benar tidak berniat melanjutkan entah karena lapar, lelah atau sesederhana malas, aku menghentikan aktivitasnya setelah target kecil itu tercapai. Ini mengapa tipu dayaku efektif terhadap diri sendiri. Aku tahu kalau aku boleh berhenti. Kalau langkah kecilnya berujung pemaksaan pada akhirnya, aku sendiri tentunya tidak akan mudah ditipu. Namun karena aku tahu kalau aku boleh berhenti, aku akan memulainya dengan ringan dan tanpa beban. Terkadang retakan kecil cukup untuk meruntuhkan bendungan kemalasan dan mengalirkan kreativitas yang tertampung.

Foto oleh Jukan Tateisi melalui Unsplash