Pohon. Sebatang pohon. Entah mulai kapan aku resmi menjadi penggemar pohon. Sayangnya meskipun mengaku penggemar pohon, hingga hari ini aku belum bisa membedakan jenis-jenis pohon. Cukup satu pohon untuk bisa tumbuh ekosistem yang kompleks. Serangga, fungi (jamur), burung, cacing, dan banyak mikroorganisme lainnya bisa hidup karena ada satu pohon yang hidup. Ini pun aku hanya tahu teorinya karena aku belum pernah mengamati apalagi meneliti pohon dari dekat.
Aku kagum dengan pohon ketika berhenti di lampu merah di siang bolong di tengah musim kemarau dan aku tidak langsung dijemur oleh sinar matahari. Aku kagum dengan pohon ketika melihat burung-burung bersarang di atasnya dan ketika melihat tupai berlari membawa makanan. Aku kagum dengan pohon karena tanpa perlu melihat jadwal musim, pertumbuhan mereka otomatis menyesuaikan musim.
Aku tidak tahu apakah ada yang benar-benar berpikir kalau pohon itu tidak ada manfaatnya tapi aku merasa kehadiran pohon itu sering dianggap lalu saja. Mungkin ada yang menganggap pohon di perkotaan itu hanya makan tempat. Lahan yang harusnya bisa digunakan untuk bangunan atau jalan malah ditanam pohon. Tidak membawa uang, yang ada memakan biaya perawatan. Lain cerita dengan pohon jati yang dapat dijual mahal. Semoga ini hanya prasangka burukku saja.
Pohon sering tidak dianggap hingga akhirnya ketika tidak ada pohon, masalah timbul. Fenomena Urban Heat Island adalah sebuah situasi di mana panas di antara gedung-gedung meningkat dibandingkan suhu udara sekitarnya (luar atau pinggir kota). Ini umumnya terjadi karena panas diserap oleh beton-beton bangunan dan tidak ada pohon yang berfungsi untuk menurunkan hawa panasnya. Memang… pepohonan, ruang publik, ruang hijau, trotoar untuk pejalan kaki, dan teman-temannya banyak yang diabaikan karena tidak memiliki manfaat langsung.
Aku terkadang bertanya-tanya apakah pohon-pohon di pinggir jalan bisa berkembang biak atau berbuah. Apakah mereka semua memiliki jenis kelamin yang sama jadinya tidak bisa terjadi pembuahan. Walaupun sesekali berbunga, tidak pernah kulihat tumbuh tunas muda di sepanjang jalan. Semua pohon yang ada di pinggir jalan rasanya ditanam oleh manusia di satu waktu di masa lalu.
Aku juga pernah bertanya-tanya datang dari mana massa pohon. Kita, manusia, bisa bertumbuh besar karena makanan dan minuman. Nutrien tanah adalah hal pertama yang terpikirkan. Melihat pengalaman, rasanya tanah bukan jawabannya. Tanah dalam pot tidak jauh berkurang dibandingkan pertumbuhan pohon di dalam potnya. Pertanyaan ini terkubur tidak terjawab sampai akhirnya aku menonton sebuah video youtube.
Pohon melakukan fotosintensis. Pohon menyerap karbon dioksida di udara dan menjadikannya bagian dari pohon. 95% massa dari pohon (atau kayu) adalah karbon. Seperti ada bohlam menyala saat menyambungkan respirasi pohon dengan bertumbuhnya pohon.