Lompat ke konten

Pohon yang Lupa Musim Semi – Flash Fiction

Musim semi telah tiba. Masa-masa kelam dan gelap yang berkepanjangan telah usai. Tanah sudah mulai menghijau sejak bulan lalu. Bunga-bunga juga terlihat bermekaran minggu lalu. Dedaunan sudah merimbuni pohon-pohon. Serbuk sari yang beterbangan membuat hidungku gatal.

Heran, masih ada pohon yang kering kerontang. Matikah dia?

Kurasa pohon itu bukan tergolong pohon yang tua. Memang dia ada sebelum aku tapi instingku mengatakan demikian. Batangnya masih berdiri tegak dan tak mungkin pohon itu mati mendadak seperti terkena penyakit jantung.

Di mana keinginan dia berfotosintesis dan bertumbuh besar. Bukankah sudah kewajiban dan bahkan menjadi kebangaan bagi pohon untuk menyediakan oksigen bagi kami.

Teman-teman seumurannya bermandikan sinar mentari sedangkan dia seakan masih terjebak dalam musim dingin. Apa mungkin dia bertengkar dengan matahari sehingga tidak saling sapa. Tidak mungkin rasanya. Rasanya aneh juga kalau dia lupa dirinya adalah pohon. Tidak percaya diri? Ah, itu cuman masalah yang dihadapi oleh manusia. Bagaimanapun dia ini adalah pohon asli. Berkambium. Berakar dan berwarna coklat.

Bicara apa aku, lebih baik kutanya pemilikku apa yang terjadi dengan pohonnya. Dengan senang hati akan kukencingi pohonnya apabila itu yang dibutuhkan.

Foto oleh Yann Jacobsen dari Unsplash